Pages

Friday 16 September 2011

Bunda Maria versi Jawa



mungkin saya sudah terbiasa dengan menerima kartupos-kartupos dari orang asing atau yang tidak saya kenal. Perasaannya senangnya itu sudah menjadi sebuah kebiasaan, yang lama-lama kemudian menjadi sesuatu yang biasa saja. Tidak ada perasaan yang menggebu-gebu.

Kali ini berbeda, kartupos ini saya dapat dari seorang teman lama saya. Namanya Meta. Kami sudah lama tidak bertemu, dan selama ini komunikasi kami lakukan hanya melalui SMS, FB, dan Twitter, namun hal itu pun jarang kami lakukan. Saat membaca pesan yang ada di kartupos ini, saya dapat membayangkan seorang Meta sedang berbicara kepada saya secara langsung. Saya mendapat sebuah perasaan yang sangat berbeda. seperti terdengar romantis. atau lebih tepatnya lebih romantis.

well, mungkin kita biasa menerima sms dari orang yang jarang kita temui. Saat saya ber-SMS-an dengan Meta, perasaan saya biasa saja, seperti layaknya berbicara dengan teman sehari-hari.

Kali ini berbeda, kita membaca tulisan tangannya secara langsung, dan kita dapat melihat emosi si penulis di setiap guratan huruf-huruf yang ditulisnya itu. Saya mendapatkan "feel"-nya.
Hal ini lah yang tidak saya dapatkan dari temuan-temuan canggih seperti surat elektronik dan SMS.

Saya rasa sebaiknya kita harus terus mempertahankan tradisi korespodensi melalui surat pos biasa, dari tradisi itulah kita dapat terus menjalin silahturahmi yang sebenarnya.
Saya tidak menentang adanya teknologi yang bernama SMS dan surat elektronik, mereka jauh lebih cepat, mudah, murah, dan praksis. Tapi, apakah mereka juga mampu membawa perasaan-perasaan yang muncul dari si pengirim surat melalui goresan huruf-huruf yang tertera di layar komputer Anda???

Saya rasa mereka semua belum mampu.

No comments:

Post a Comment